Postingan

Dunia ini butuh pidato yang bagus

Satu hal yang saya baru sadari dan pikir kalau pengajaran ini bisa disampaikan sedini mungkin untuk teman-teman saya di pergerakan pelajar perempuan muslim akan baik, itu kemampuan orasi. Dulu kami dibiasakan untuk tidak berebutan jabatan, tidak berambisi untuk ada di depan. Tapi semua didik sebagai pemimpin, jadi sulit juga menjadi pasukan. Segan di depan, enggan di belakang. Punya sikap kepemimpinan, tapi kurang kepiawaian memimpin. Jadi pimpinan bukan sekadar mengatur orang, tapi bagaimana menyampaikan aturannya sehingga orang mau diatur dan menjadi teratur. Terbayang, semua punya aturan sendiri dan kurang bersedia diatur yang lain? Akhirnya ada yang gagap. Mau bicara formal, takut berjarak. Mau bicara santai, takut diinjak. Jadi kebanyakan diam. Giliran diteriaki, berlagak akting tenang dan terkendali. Padahal tidak terkendali; situasi dan apa yang keluar dari tutur si objek peneriakan. Kita jadi mulai tidak membaca lalu tidak terhubung dengan realita bahwa pada masanya sampai-samp...

Inisiatif untuk inklusif, bukan cuma bikin perempuan lebih aktif

Kerja dengan perempuan semua, ada banget takutnya.. Makin kerasa kalau yang mesti dihadapi bukan cuma perempuan dewasa. Maksudnya.. ketika kita bergelut di sektor yang dia kebermanfaatannya bukan cuma perempuan lagi; kayak anak, forum campuran laki-perempuan dan public policy/service. Hal ini butuh dikelola dengan peran fitrah yang seimbang.. kalo acaranya forum perempuan semua dgn panitia dan peserta perempuan semua masih bisa lah rasanya. Atau eventnya 1-2x/ annual  alias bukan hal yang rutin, ini masih aman. Sejauh ini saya merasanya begitu. Eh masih kurang relate ? Kasus lain: sekolah kalo guru dan staffnya perempuan semua itu pusing sebenernya. Kantor juga kalo isinya laki-laki semua pusing. Semacam butuh yang woles dikala semua recok , butuh yang recok dikala semua woles . Minimalnya banget itu cermin peran fitrah di dunia nyata. Jadi ya sepakat sama si mas yang nulis soal dekonstruksi stereotip gender itu.. STEM ( science, tech, engineering, math ) yang stereotipnya masku...

Jangan jadi musuh pelajar

Pekan lalu saya mulai karir sebagai guru di SMP. Posisinya menggantikan sementara guru bahasa Inggris yang sedang sakit (mohon doa untuk kesembuhan beliau ya..). Rasanya ya seperti biasa... Menghadapi anak-anak usia SMP tantangannya kalo bagi saya adalah: antara anak lebay dan anak jaim bergabung di satu tempat. Harus bisa mengimbangi. Remaja itu sulit dibuat terkesima... salah-salah malah kita yang dinilai alay atau sok jaim, dan mereka malah gak menghormati kita. SMP tempat saya ngajar reputasinya di Bogor terkenalnya basis anak tawuran... anak-anak ekonomi middle-low . Tapi begitu masuk kelas, sebetulnya sebagian besarnya masih sopan dan cukup serius belajar dan beraktivitas. Saya menulis ini untuk konteks aja. Bukan lagi adu nasib atau mendiskreditkan posisi ini dengan sesuatu.  Bagi orang yang merasa bahwa dunia ini hitam-putih... bahwa anak sekolah sepatutnya jadi pintar dan sopan, orang sukses itu yang kaya dan berpangkat, sebaiknya ubah mindset ini. Itu semua idealitas, dan...

Ngampus tapi gak belajar

Jujurly , semenjak kuliah saya rasa diri saya malah semakin mundur di urusan keilmuan. Di tempat yang mestinya menekan untuk belajar, tapi buku yang saya baca sepanjang kuliah tidak melampaui jumlah yang saya tamatkan selama sekolah menengah bahkan sekolah dasar untuk lebih dramatisnya. Ironis ya? Iya. Soalnya selalu aja ada alasan menunda baca buku baru apalagi yang nonfiksi kalau buku kuliah aja belum kepegang. Sulit sih memang. Buku itu menarik kalau ada obrolan disekitarnya. Siapa yang memperdebatkan teori linguistik atau jalan pikirannya Pak Antoine de Saint-Exupery di kansas atau selasar kampus? Kalopun ada pergibahan Camus dan Descartes lebih banyak di tongkrongannya anak filsafat, palingan. Padahal jurusan saya super santuy kalo mau disambi sama aktivitas berfaedah dan melejitkan karir lainnya di luar kelas. Kuliah sehari paling berapa matkul walau ngambil 24 SKS, tugas paling presentasi dan nulis, gak ada praktikum atau magang. Tapi saat itu saya soksokan ‘cukup’ banget ...

Keputusan untuk jadi baru

Hai. Selamat datang. Tanpa kontemplasi yang terlalu panjang, Setelah sekian lama mempertahankan satu blog pribadi, per malam ini saya memutuskan untuk membuat blog baru. Saya mencoba membuat platform yang agak lebih serius dan fokus. Insyaallah di blog ini saya mau berbagi dan nantinya melacak perkembangan kesadaran saya pribadi. Beberapa waktu belakangan saya coba fokus di urusan perempuan, pendidikan dan kepelajaran, pemikiran, perjalanan, lingkungan, budaya dan barangkali gastronomi. Bismillah, mulai menanam untuk menyemai. Semoga hasil semaian ini bisa tumbuh besar dan berbuah untuk saya dan pemirsa sekalian.