Inisiatif untuk inklusif, bukan cuma bikin perempuan lebih aktif

Kerja dengan perempuan semua, ada banget takutnya..

Makin kerasa kalau yang mesti dihadapi bukan cuma perempuan dewasa.

Maksudnya.. ketika kita bergelut di sektor yang dia kebermanfaatannya bukan cuma perempuan lagi; kayak anak, forum campuran laki-perempuan dan public policy/service. Hal ini butuh dikelola dengan peran fitrah yang seimbang.. kalo acaranya forum perempuan semua dgn panitia dan peserta perempuan semua masih bisa lah rasanya. Atau eventnya 1-2x/annual alias bukan hal yang rutin, ini masih aman.

Sejauh ini saya merasanya begitu.

Eh masih kurang relate?

Kasus lain: sekolah kalo guru dan staffnya perempuan semua itu pusing sebenernya. Kantor juga kalo isinya laki-laki semua pusing. Semacam butuh yang woles dikala semua recok, butuh yang recok dikala semua woles.

Minimalnya banget itu cermin peran fitrah di dunia nyata.

Jadi ya sepakat sama si mas yang nulis soal dekonstruksi stereotip gender itu..

STEM (science, tech, engineering, math) yang stereotipnya maskulin butuh keterlibatan perempuan, HEED (health care, early education, domestic) yang stereotipnya ranah feminin butuh keterlibatan laki-laki.

Stop judging or overreacting to those who break the stereotype. We need the balanced role to function👏

Di Indonesia sejauh ini masih perlu banget pake affirmative action, --ngomong gini karena per pemilu kemaren saya belum ketemu berita kl proporsi gender di kontestasi udah imbang. Or any updates?

Padahal gerakan masyarakat even relawan politik ga sedikit yang dimotori emak-emak.

Di Singapura, yang saya denger di forum buibu tahun lalu bentuk intervensi gender equalitynya malah bapak-bapak mesti masuk jadi pengurus di organisasi ibu-ibu 😅

Tapi yah... ada juga sih fenomena di mana karena perempuan banyak maju dan inisiatif di ranah publik, malah laki-lakinya yang jadi menurun maskulinitasnya. Gak berani leading dan decision making. Pola 'pride' di maskulinitasnya jadi berubah.. Hal ini banyak terjadi di wilayah industri yang lebih banyak menyerap tenaga kerja perempuan untuk pabriknya, kurang mengakomodir laki-laki sampai para bapak jadi househusband yang jobdescnya lebih ke antar jemput istri. Perempuan jadi tulang punggung, lebih berpower untuk memutuskan kebijakan rumah tangga dan laki-lakinya yang jadi kekurangan peran, kena stigmatisasi atau yah malah mengisi keluangan waktunya untuk hal yang gak produktif atau malah menggunakan kemarahan dan kekerasan untuk mempertahankan dominasi di rumahnya.

Jadi masalah kebutuhan laki-laki untuk gak didiskriminasi, bisa dilibatkan, punya tanggung jawab dan dibebaskan memilih juga perlu disuarakan...

Kalo ada event diinisiasi dan dipimpin perempuan, yes HEBAT tapi plis ini NORMAL... jadi ga usah diglorifikasi berlebihan.

Kalau acara yang jadi pesertanya perempuan HEBAT dan NORMAL juga.

Kalo perempuan ga dilibatkan, ya gapapa juga.. mungkin perempuannya emang bagiannya berperan di ranah lain. NORMAL juga.

Yang ga hebat dan ga normal mah aktivitas yang isinya cawe-cawe, apalagi kalo ditambah aktivitas ga bener lainnya.

So... poin-poin pendorong yang dibuat sama IWD 2024, mangga didukung dan diaplikasikan di tempat yang membutuhkan..

Kampanyekan dengan strategi gerak yang konstruktif dan jangan nihilkan nilai budaya dan agama. Gagal inklusifnya dong kalo jalannya sambil ngeledekin yang 'konservatif' dan 'radikal'...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngampus tapi gak belajar

Keputusan untuk jadi baru